Monday, March 31, 2008

GUMENG petualangan yang tertunda


Rasa gamang sempat menghantui hati saya saat hujan rintik2 mengguyur desa regency dimana saya tinggal apalagi masih subuh pagi buta, namun rasa itu seakan terabaikan oleh keinginan saya untuk menghirup udara sejuk dan segarnya alam pegunungan yang menggugah memori saya sewaktu saya ikut dalam Sejawat-2 dilereng gunung Lawu Sarangan Magetan penuh kabut dan hawa dingin menyegarkan. Bersinergy dengan bikers Gatoel dan Gama145 komunitas pesepedanya Pemkot Mojokerto merupakan pemanasan awal sebelum menjejak bumi Trunojoyo Madura awal April mendatang. Pagi itu Sabtu 15 Maret 2008 jam setengah 07an memang cuaca Mojokerto terasa masih gelap oleh gelayut awan yang memayungi kota itu dan bikers club Gatoel sudah lengkap menyambut saya dan rombongan TCC dari Surabaya. Setelah bertegur sapa secukupnya dan pengambilan gambar sebagai pertanda persahabatan, kami rombongan 30an bikers siap menyusur jalan aspal menuju ke Jl. Gajah Mada no.145 dimana club Gama145 sudah menanti siap bergabung dengan kami. Memang betul belum begitu jauh meninggalkan jalan aspal perkotaan gerimis hujan mengiringi kayuhan pedals sekitar 60an bikers-wan dan 2 bikers-wati. Jarak 20 KM kami lalui dengan kontur jalan aspal datar anehnya disini ada nama legenda Sunda yaitu Dayang Sumbi sebuah pabrik jamu tradisional ditengah persawahan dan pepohonan mangga dikanan kiri jalan sebelum sampai pada pos istirahat di perumahan perhutani II Poh Jejer Sidorejo. Istirahat sambil menunggu rombongan yang kececer dibelakang disuguhi ibu pedagang gendongan menawarkan kue2 dan bubur kacang ijo hem…lumayan sebagai voucer isi ulang tenaga. Perjalanan dilanjutkan kearah pegunungan “kalau ini akan nanjak terus” intruksi om Edy Londo tour leader kami. Memang betul2 nanjak khas alam pegunungan mulai terasa terbukti kayuhan pedals semakin berat sehingga om Herawan bilang “kenapa ya kok berat apa ban saya kempes???” celetuk guyonan khas saat jalan mulai menanjak. Namun karena ada bikers-wati sudah didepan mampu sebagai penyemangat “Mosok rek kalah karo ibu2” ujar om Pujiono yang bertindak sebagai penyapu dibelakang. Setelah dengan perjuangan ekstra keras melewati desa Kemasantani alhamdulillah sampailah kami diujung jalan yang memang sudah tidak ada jalan lagi disinilah desa Gumeng berada sebuah desa yang sangat sederhana namun cukup mewah karena disana jalan beraspal untuk mencapainya dan listrik PLN sebagai sumber penerangannya. Ini sewaktu jaman Pak Harto sudah ada listrik celetuk lelaki tua yang menyediakan makan bagi kami. Menu khas sayur rebung, urap2 kulupan, rempeyek kacang dan sambel teri dilahap dengan wajah berseri, gembira dan penuh canda tawa. Karena sudah diujung jalan buntu untuk pulang kami balik melalui jalan yang sama karena berangkat sudah nanjak, otomatis pulang tinggal glundhung menikmati reward dan suasana pedesaan, hawa panas terasa setelah jam menunjuk angka 11 masuk di Telkom Dlanggu tempat finish dulu saat nggowes menjejak di selo kendit dan menyusur jalanan aspal kota hingga finish jam 12 theng di Telkom Jl. Empunala Mojokerto, Terima kasih om Edy Londo, terima kasih om Pujiono kapan2 kita nggowes bareng lagi sampai ketemu di bumi Karapan Medunten.

No comments: